Sehari-hari, aku menjaga Nenek yang sakit parah.
Waktu itu bulan Agustus, Beliau meninggal dunia. Aku nggak tahu saat itu ternyata sedang 'berbadan dua'.
Aku terlalu sibuk mengurus semua yang Nenek butuhkan.
Berangkat pagi lalu pulang siang hari, berangkat lagi sekitar jam 5 sore.
Waktu itu tempuh menuju kampung Nenek sekitar setengah jam.
Tempat tinggal kami berbeda desa dan kelurahan, melewati rimbunnya pohon bambu.
Selagi mengurus Nenek, aku juga mengambil rumput untuk kambing peliharaan kami. Walaupun badan lelah, aku masih bertahan karena yakin 'aku kuat'. Waktu itu belum tahu hamil, aku masih kerja berat, bahkan mencangkul.
Di bulan September, aku periksa ke bidan desa. Aku kira asam lambung naik karena makan pun malas.
Ternyata, usia kehamilanku sudah 4 minggu. Hari-hari berikutnya,
aku tetap terus bekerja seperti biasa.
Karena keuangan tak memadai dan suami bekerja serabutan, aku harus siap siaga membantu mencukupi kebutuhan sehari-hari. Bahkan, suami sempat menganggur sebulan. Aku ikhlas, tapi keluarga yang nggak ikhlas melihat kehidupanku dan suami.
Suami orangnya pendiam dan jarang sosialisasi. Menurut mereka, rezeki bisa datang dari sesama manusia.
Kalau kita nggak bersosialisasi, kemungkinan sulit peluang mendapat rezeki.
Selama hamil, aku benar-benar diuji dan tekanan batin.
Tapi, aku yakin bisa melewati semua dan nggak kalah dengan keadaan.
Lalu saat hamil besar, suami nggak bekerja.
Di rumah cuma ada aku, suami, dan dua keponakan yang masih sekolah.
Saat usia kandungan 8 bulan, aku harus melahirkan lebih cepat.
Waktu itu pukul 11 malam, ketuban pecah dan aku diantar ke bidan oleh suami dan tetangga. Di usia 21 tahun, aku melahirkan anak pertama hanya ditemani suami.
Bayi perempuan kami lahir dengan berat 2 kilogram, yang bisa disebut prematur.
Karena suami lagi nganggur, biaya persalinan kami bayar dari hasil menjual kambing.
Hidup benar-benar butuh perjuangan dan keikhlasan, walau berat harus dijalani dan dinikmati.
Para bunda yang sedang tidak baik-baik saja, tanpa dukungan dan materi, ikhlas lah dan ikuti jalan kehidupan yang Tuhan takdirkan.
Jangan takut sendirian Bunda, jangan takut menjalani hidup karena masih banyak manusia yang punya masalah lebih berat dari kita. Buat para bunda yang melahirkan jauh dari keluarga, percaya lah kita pasti bisa!
-Bunda A, Tasikmalaya-
1 komentar
Semangat
BalasHapusPosting Komentar