السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


*DIMENSI VERTIKAL HORIZONTAL IDUL FITRI: KUALITAS KETAQWAAN DAN UKHUWAH ISLAMIYAH*


Ustadz Abdullah Mubarok, S.IP.,M.Si. (UAM)

Ketua Umum Forum Silaturahmi Ustadz Ustadzah FORSATU NUSANTARA


Masjid Al Istiqomah Blok Kandawaru Desa Waruduwur Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon Jawa Barat

** April 2023 bertepatan 1 Syawal 1444 H


KHUTBAH PERTAMA, rukun: hamdalah, sholawat, wasiat, ayat (pengingat) 


اللهُ أَكْبَرُ9×. الله أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره, ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له, ومن يضلل فلا هادي له, وأشهد ألا إله إلا الله وحده لا شريك له, وأشهد أن محمدا عبده ورسوله.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد،ٍ خَاتَمِ الأَنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِين، وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيِن، وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ أَجْمَعِين، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قال الله تعالى في القرآن الكريم. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ. وقال أيضا, إِنَّ ٱلْمُتَّقِينَ فِى جَنَّٰتٍ وَعُيُونٍ, ٱدْخُلُوهَا بِسَلَٰمٍ ءَامِنِينَ.


Hadirin sidang sholat idul fitri yang dirahmati Allah SWT.

Hari ini, kita sudah sepantasnya bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala atas kedatangan hari Raya `Idul Fitri 1 Syawal tahun 1444 Hijriyah bertepatan dengan ** April 2023 sebagai hari kemenangan. Mari kita ucapkan alhamdulillah, karena telah diberi kekuatan, kesehatan, keimanan, taufik dan hidayah setelah sebulan lamanya melaksanakan seluruh rangkaian sistem kurikulum madrasah taqwa dalam ibadah puasa ramadhan. Hari ini umat Islam seluruh dunia diwisuda secara serentak menjadi pribadi yang bertaqwa, kembali kepada fitrah, menyadari tujuan awal penciptaan manusia yaitu: membutuhkan hadirnya Alloh SWT dan manusia kembali suci, tidak memiliki dosa dan noda seperti seorang bayi yang baru lahir dari kandungan ibunya (كيوم ولدته أمه_.

Lahir dengan mental baru, menjadi manusia yang berkarakter dengan pemahaman tauhid yang tinggi bertaqwa kepada Alloh SWT. Itulah makna kalimat ucapan "Minal Aidin Wal Faizin”. 


اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ

Hari Raya `Idul Fitri sekarang ini merupakan hari raya kedua, pemerintah mulai mengizinkan masyarakat untuk mudik dan bebas dari pandemik covid 19, suatu tradisi yang melengkapi peringatan hari raya `Idul Fitri.


Mari kita selalu memohon kepada Allah Ta’ala agar kondisi ekonomi segera pulih, hutang-hutang segera lunas dan daya beli masyarakat kembali normal sehingga masyarakat bergairah kembali dalam kegiatan berbagai bidang.


اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

“Ya Allah, cukupkanlah aku dengan (rezeki) yang halal dan jauhkanlah aku dari (rezeki) yang haram, dan cukupkanlah (sugihaken) aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu.”


مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ

Sebagai manusia yang tidak memiliki kesempurnaan mutlak dan pasti, Allah telah memberikan kesempatan kepada kita untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi dalam bentuk perintah melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Tujuannya adalah agar kita menjadi insan yang bertaqwa, Ini disarikan dari firman Allah SWT surat Al-Baqarah ayat 183:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.


Sayyidina Ali Karromallahu wajhah menerangkan bahwa sejatinya taqwa tidaklah sekedar:

امتثال اوامر الله واجتناب النواهيه

mengerjakan segala perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya, tetapi taqwa lebih luas adalah: 

الخوف من الجليل والعمل بالتنزيل والقناعة بالقليل والإستعداد ليوم الرحيل

Takut kepada Allah yang bersifat Jalal, dan beramal dengan dasar al-Qur’an (at-tanzil) dan menerima (qona’ah) terhadap yang sedikit, dan bersiap-siap menghadapi hari perlihan (hari akhir).


Pertama: *Al-khaufu minal Jalil* artinya bahwa taqwa itu akan menjadikan seseorang merasa takut kepada Allah SWT yang memiliki sifat Jalal. Takut melanggar berbagai aturan dan ketentuan-Nya. Sehingga apapun yang akan diperbuatnya selalu dipertimbangkan terlebih dahulu. Tangan tidak akan digunakan untuk memungut benda yang bukan miliknya tanpa izin. Kaki tidak digunakan untuk berjalan ke aarah yang salah, demikian juga mata dan telinga tidak akan difungsikan sebagai alat mendurhakai-Nya.


Kedua: *wal ‘amalu bit tanzil*, yakni salah satunya menerapkan prinsip at-tawazun atau seimbang dalam segala hal, termasuk dalam penggunaan dalil 'aqli (dalil yang bersumber dari akal pikiran, rasional) dan dalil naqli (bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits).


Jama’ah sholat `idul fitri yang dimuliakan Allah SWT.

Ketiga:  *al-Qana’atu bil Qalil*, artinya orang yang bertaqwa akan selalu merasa cukup dengan rezeki yang sedikit, sesungguhnya orang yang memiliki rezeki yang sedikit dan merasa cukup dengan rezeki tesebut adalah bukti sekaligus tanda bahwa orang itu dicintai oleh Allah SWT. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW:

إن الله إذا أحب عبدا رزقه كفافا

Bahwa jika Allah mencintai seorang hamba ia akan memberikan rizki yang pas-pasan kepadanya (pas butuh pas ada).


Berbeda sekali dengan seorang yang memiliki limpahan harta yang berlebih. Maka di kala waktu luang setan akan segera menghampirinya dan membujuk untuk berbuat hura-hura, berbuat maksiat dengan kemasan berbagai bentuk kesenangan yang merupakan perangkap setan. Sesungguhnya Allah SWT tidak meridhoi orang-orang yang seperti ini. Maka menjadi amat penting memperhatikan sabda Rasulullah SAW:

طوبى لمن هدي الإسلام وكان رزقه كفافا ورضي به

Beruntung sekali orang (yang mendapatkan petunjuk) Islam, yang mempunyai rizqi pas-pasan dan rela dengan rizqi (yang pas-pasan) itu.


Dan keempat, *al-isti’dadu li yaumir rakhil*, adalah bersiap-siap menghadapi hari perpindahan. Perpindahan dari alam dunia ke alam kubur lalu alam akhirat. Artinya segala amal orang yang bertaqwa senantiasa dalam rangka menyiapkan diri akan hadirnya hari kematian. yaitu hari keberangkatan dari alam dunia menuju alam akhirat.

Oleh karena itu ketika Rasulullah ditanya “siapakah manusia yang paling cerdas dan paling mulia di hadapan Allah?” beliau menjawab mereka adalah manusia yang:

أكثرهم ذكرا للموت وأشدهم إستعدادا له 

Manusia yang paling banyak mengingat kematian dan paling semangat mempersiapkan diri menghadapinya. 


Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata:

حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَزِنُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُوزَنُوا، فَإِنَّهُ أَهْوَنُ عَلَيْكُمْ فِي الْحِسَابِ غَدًا، أَنْ تُحَاسِبُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ، وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ، يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَة

“Hisablah dirimu semua sebelum (nanti) dihisab. Dan timbanglah diri kamu semua sebelum (nanti) ditimbang. Karena nanti hisabmu akan lebih mudah jika engkau evaluasi dirimu sekarang. Dan hiaslah dirimu untuk pertemuan akbar (besar). Di hari akan ditampakkan semua dari kamu dan tidak ada yang tersembunyi.”


مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ

Orang bertakwa senantiasa menunjukkan sikap dan perilaku yang memberi rasa aman kepada sesamanya. Seimbang dalam hablum minallah (hubungan dengan Allah SWT) dan hablumminnas (hubungan antar manusia). Di antara ciri-ciri sikap takwa adalah menjaga hubungan baik sesama manusia khususnya ukhuwah islamiyah, karena syariat memerintahkan menjalin hablum minallah wa hablum minannas. Tentu sebaliknya adalah sikap aneh, manakala muslimin berbuat onar dan meresahkan orang lain.


Allah berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 112:

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُواْ إِلاَّ بِحَبْلٍ مِّنْ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَآؤُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَة.  

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa penyebab ditimpakannya kehinaan dan kemurkaan kepada manusia lantaran manusia tidak menjaga dan memelihara hubungan dengan Allah dan tidak menjaga hubungan dengan sesama manusia.


Di antara amalan-amalan yang perlu dipertahankan setelah Ramadhan adalah menjaga persaudaraan, yang oleh masyarakat Indonesia disebut dengan silaturahim. Banyak ragam acara yang bisa memperkuat tali silaturahim, misalnya: mudik (pulang kampung), berkunjung ke rumah keluarga, halal bi halal, reuni, sedekah, selametan, dan lain-lain. 


Pentingnya silaturahim ini diabadikan oleh Rasulullah ﷻ dalam haditsnya:

من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ والْيوم الآخِر فَلْيصلْ رَحِمَهُ وَمَنْ كانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ والْيوم الآخِر فليقل خيراً أوْ لِيَصْمُتْ

Dari hadits itu dapat diambil pelajaran bahwa untuk menjadi hamba Allah yang beriman membutuhkan tiga komitmen hidup: menghormati keluarga, menyambung tali silaturrahim dan selalu berbicara baik (atau lebih baik diam).


Khotbah (sholat `idul fitri) pertama ini saya akhiri dengan kalimat:

*Idul Fitri is not the final part of something to our story to be better in this world*. 

(Idul Fitri bukanlah bagian akhir dari sesuatu kisah kita untuk menjadi lebih baik di dunia ini). 


Dengan semangat `idul fitri, mari kita tetap teguhkan kualitas ketaqwaan dan ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama muslim) yang menjadi dasar membangun ukhuwah wathaniyah (persaudaraan bangsa), dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan umat manusia) untuk mengisi 11 bulan ke depan. Semoga kita diberi berkah umur bertemu dan melaksanakan ibadah bulan ramadhan tahun depan dengan lebih baik lagi.


جَعَلَنَا اللهُ وَإيَّاكُم مِنَ العَائِدِيْنَ وَالفَائِزِيْنَ وَالمَقْبُوْلِيْنَ كُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ آمين. وقل رب اغفر وارحم وانت خير راحمين.


KHUTBAH KEDUA


اَللهُ أَكْبَرُ 7×، اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. فَيَاعِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.


قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلعَظِيْمِ "إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ, يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا". اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأًصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن.


اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِماَتِ, وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ, اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ اْلحَاجَاتِ. رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِاْلحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ اْلفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا أَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.


عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهىَ عَنِ اْلفَحْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.