aku memiliki seorang ayah yang terlalu mengekang. Ayah tak pernah mengizinkan aku main bareng anak-anak kecil lain.
Sementara di rumah, selalu ada pertengkaran orang tua di depan mataku.
Ibu tak pernah melawan kepada ayah.
Ibu juga dikekang, nggak boleh mengajar dan mencari uang sendiri.
Tapi, ayahku nggak bisa memberikan nafkah yang seharusnya.
Mungkin Ibu sudah tak kuat lagi dengan sifat Ayah hingga akhirnya, Ibu minta cerai saat aku berusia 5 tahun.
Sejak mereka masih bersama, aku pun tak pernah diajak bermain dan merasa dicintai oleh seorang ayah.
Ayah sibuk dengan dunianya sendiri tanpa peduli terhadap aku.
Apalagi setelah perceraian, aku tak bisa mendapat kasih sayang dari seorang ayah.
Aku sampai mencari sosok seorang laki-laki di luar, yang dapat menjaga dan memberikan aku kasih sayang.
Saat masih kecil, aku sering meminta perlindungan pada laki-laki yang usianya jauh lebih tua.
Kalau ada anak-anak lain yang jahil, laki-laki itu selalu melindungi. Aku merasa senang sekali dan merasa ada seorang laki-laki yang sayang padaku.
Beranjak dewasa, aku kerap bermain dengan laki-laki di sekitar rumah dan sekolah.
Aku juga tak tahu, kenapa lebih nyaman bermain dengan laki-laki ketimbang anak perempuan.
Mungkin dari situ aku merasakan kebahagiaan.
Mereka selalu mau mendengarkan ceritaku, bisa membantu membantu serta melindungi saat aku ada masalah.
Tapi ternyata, tak semua laki-laki di luar sana bermaksud baik.
Mereka ada yang mendekati hanya untuk memanfaatkan aku.
Aku salah langkah, Bunda.
Aku tak tahu harus bagaimana.
Sedangkan untuk bercerita kepada Ibu saja aku malu.
Ibu juga nggak punya waktu karena sibuk dengan acaranya yang padat, hampir setiap hari.
Sempat ada juga yang melecehkan tapi aku tak berani bercerita.
Ibu juga tak pernah bertanya, bagaimana hari-hariku menyenangkan atau tidak? Mungkin karena itu, aku tak bisa menceritakan masalah dan lebih menutup diri dari Ibu.
Aku juga nggak mau menambah beban pikiran Ibu.
Sampai akhirnya, aku bertemu seorang laki-laki yang mau menikahi aku dengan segala kekurangan.
Aku sangat bersyukur dan bahagia.
Semoga laki-laki yang jadi suamiku dapat selalu menjaga dan memberikan kasih sayang yang tak terhingga, yang selama ini aku butuhkan.
Untuk para pembaca, ambil hikmah yang baik dari ceritaku ya, agar tak terulang kepada anak-anak kita nanti. Jangan sampai anak-anak kita haus kasih sayang dari kedua orang tua, yang menyebabkan mereka mencari kebahagiaan semua di luar sana.
Sayangi dan bahagiakan selalu anak-anak yang dianugerahkan Tuhan kepada kita. Jaga mereka dan dekatkan kepada Sang Pencipta agar mereka tak salah melangkah. Ini adalah salah satu bentuk dari rasa syukur kita kepada Sang Pencipta setelah diberikan amanah seorang anak.
-Bunda A, Bandung-
2 komentar
Sangat bermanfaat
BalasHapusSangat sangat bermanfaat
BalasHapusPosting Komentar