Sabar Sepenuh Sadar
Oleh : Didi Junaedi
Kata sabar (al-shabru) dengan berbagai derivasinya disebut dalam Al-qur’an sebanyak 103 kali dalam 93 ayat yang tersebar di 45 surah.
Al-Asfahani menjelaskan bahwa makna sabar adalah menahan diri berdasarkan tuntutan akal dan agama, atau menahan diri dari segala sesuatu yang harus ditahan menurut pertimbangan akal dan agama.
Ibn Faris, ilmuwan ahli bahasa Arab menegaskan bahwa sabar yang berasal dari akar kata sa ba ra mempunyai tiga makna dasar, yaitu: 1) menahan dan mengekang; 2) bagian tertinggi pada sesuatu, dan 3) segala sesuatu yang keras seperti besi, batu dan lainnya.
Jika mencermati tiga makna dasar sabar yang diungkapkan oleh Ibn Faris tersebut, maka dapat dipahami bahwa sabar adalah sebuah usaha sungguh-sungguh untuk menahan diri serta mengekang segala bentuk keinginan (hawa nafsu), untuk mencapai puncak tertinggi (kebahagiaan).
Imam Al-Ghazali mengklasifikasikan sabar menjadi dua macam: pertama, sabar yang bersifat badani, seperti menanggung beban berat berupa penderitaan secara fisik dan berusaha tabah dan tegar menghadapinya. Adapun bentuknya bisa berupa perbuatan yang berat dilakukan, seperti melaksanakan ibadah atau pun bukan. Bisa juga berbentuk penderitaan seperti menahan pukulan yang menyakitkan, sakit kronis yang akut serta luka yang parah. Jika sesuai dengan syariat (ajaran agama), maka sabar seperti ini adalah perbuatan terpuji. Kedua, al-sabr al-nafsi (menahan diri) dari pelbagai tabiat atau perangai buruk yang menyenangkan dan segala tuntutan keinginan (hawa ) nafsu.
Imam Al-Ghazali menyebut tiga objek sabar, yaitu: pertama, sabar dalam menaati Allah; kedua, sabar dalam menjauhi larangan-Nya, dan ketiga, sabar dalam menghadapi musibah.
Senada dengan Al-Ghazali, Sayyid Muhammad Thanthawi memetakan sabar menjadi tiga bagian: Pertama, sabar dalam ketaatan kepada Allah; kedua, sabar dalam menjauhi serta meninggalkan maksiat; dan ketiga, sabar dalam menghadapi musibah serta ujian dari Allah. Dan kesemua bentuk kesabaran tersebut tujuan utamanya adalah mengharap ridla Allah Swt, bukan yang lainnya.
Kesabaran adalah sebuah proses pendakian menuju puncak kesuksesan, ketenangan, kebahagiaan dan kedamaian. Kesabaran adalah sebuah tindakan bijak, proses melatih diri, mengelola sikap, mengatur ritme kehidupan, kapan bertindak dan kapan diam.
Kesabaran itu membutuhkan kebesaran jiwa, kelapangan dada, kejernihan hati, dan yang tak kalah pentingnya adalah kesadaran. Orang-orang yang sadar tentang siapa dirinya, maka dia akan lebih bisa mengontrol sikap dan perilakunya. Seorang anak yang sadar posisinya, dia akan sangat memuliakan orang tuanya. Meski mungkin tidak jarang dia sering tidak sependapat dengan orang tuanya. Seorang hamba yang sadar tentang siapa dirinya akan mampu bersikap sabar atas ujian dan cobaan yang datang dari Tuhannya. Sabar sepenuh sadar akan menjadikan seseorang tenang menjalani hidup yang penuh warna-warni ini.
Orang-orang yang sabar adalah mereka yang memiliki cadangan energi luar biasa di dalam dirinya. Bagaimana tidak? Orang yang sabar itu mampu menahan diri untuk melakukan sesuatu, disaat sebetulnya dia sangat mampu melakukannya. Misalnya, ketika dia merasa tersinggung dengan ucapan seseorang, dan dia ingin meluapkan amarah, tetapi dengan sepenuh sadar dia tahan amarahnya, agar kondisi yang tidak diinginkan tidak terjadi. Nah, di saat seperti itulah, ketika dia mampu bersabar dan menahan diri, sesungguhnya dia memiliki energi luar biasa dalam dirinya, yang tidak semua orang memilikinya.
Dalam hal menggapai impian dan cita-cita pun dibutuhkan sikap sabar sepenuh sadar. Tanpa kesabaran sepenuh kesadaran, maka impian dan cita-cita hanya akan tetap menjadi impian dan cita-cita tanpa pernah terwujud.
Ikhtiar maksimal dengan mengerahkan seluruh potensi terbaik dalam diri, disertai sikap sabar dan doa yang terus-menerus dipanjatkan ke hadirat Ilahi, serta kepasrahan diri sepenuh hati kepada Sang Khalik adalah kunci kesuksesan merah mimpi.
* Ruang Inspirasi, Senin, 27 Februari 2023.
Tidak ada komentar
Posting Komentar