*Cinta dan Benci*

Oleh : Didi Junaedi 


‎“...Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, ‎dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk ‎bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-‎Baqarah: 216)‎


Cinta dan benci adalah suatu hal yang lumrah dalam hidup ini. Kita ‎semua mencintai sesuatu yang menghadirkan kesenangan, kenyamanan dan ‎kebahagiaan. Kita semua membenci sesuatu yang menimbulkan kesedihan, ‎kekecewaan dan penderitaan.‎


Cinta dan benci adalah sesuatu yang manusiawi dan wajar belaka. ‎Menjadi tidak manusiawi dan tidak wajar, ketika kecintaan kita terhadap ‎sesuatu itu berlebihan dan melampaui batas-batas kemanusiaan dan ‎kewajaran. Pun demikian halnya dengan benci. Kebencian kita kepada sesuatu ‎menjadi tidak manusiawi dan tidak wajar, ketika kebencian itu sudah ‎berlebihan, bahkan melampaui batas-batas kemanusiaan dan kewajaran.‎


Kita semua benci kegagalan. Kita semua pasti kecewa ketika cita-cita ‎dan harapan kita tidak terwujud. Tidak jarang, kekecewaan kita berujung pada ‎sikap frustrasi, bahkan mempertanyakan keadilan Tuhan. Pertanyaannya ‎kemudian, ketika kegagalan menghampiri kita, pernahkah kita berpikir tentang ‎rencana Allah di balik kegagalan tersebut?‎


Jika kita telisik lebih jauh makna dari ayat di atas, maka akan kita ‎temukan sebuah pelajaran penting yang sangat berharga, yaitu boleh jadi kita ‎membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kita menurut Allah. Allah pasti ‎Mahatahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Sesungguhnya, di balik ‎kegagalan yang kita alami, Allah sudah menyiapkan rencana lain yang jauh ‎lebih baik dari rencana kita.‎


Pun demikian halnya, boleh jadi kita mencintai sesuatu, padahal ia ‎amat buruk bagi kita dalam pandangan Allah. Allah Mahatahu yang ‎tersembunyi di balik setiap peristiwa. Sesungguhnya, dibalik kecintaan kita ‎terhadap sesuatu, tersimpan keburukan yang akan menyengsarakan kita di ‎kemudian hari.‎


Penulis pernah mengalami dua hal di atas, yakni kecewa dan sedih ‎dengan kegagalan sebuah rencana, tetapi akhirnya berganti dengan ‎kebahagiaan. Di saat yang lain, penulis pernah terlalu mencintai sesuatu, ‎tetapi akhirnya berujung dengan penyesalan.‎


Mungkin pembaca juga pernah mengalami hal yang sama. Ya, inilah ‎kehidupan. Banyak hal yang tampak buruk di hadapan kita, tetapi ternyata ‎menyimpan sebuah keindahan dan kenikmatan tak terhingga di kemudian ‎hari. Tidak sedikit hal yang tampak indah dan menyenangkan di depan mata ‎kita, tetapi sesungguhnya di dalamnya tersimpan keburukan yang akan ‎menyengsarakan kita.‎


Ironisnya, banyak di antara kita yang seringkali larut dalam kesedihan ‎dan kekecewaan, ketika rencana yang sudah kita susun dengan baik, kita ‎persiapkan dengan matang, tetapi berakhir dengan kegagalan. Tidak sedikit di ‎antara kita yang sedih berkepanjangan, sampai pada puncak kesedihan dan ‎kekecewaannya hingga mempertanyakan keadilan Tuhan.‎


Di sisi lain, seringkali kita lalai dan terlena dengan kesenangan yang ‎kita alami dan rasakan. Kita abai bahwa bisa jadi kesenangan kita justru awal ‎dari petaka dan kesengsaraan di masa yang akan datang. Kita seringkali larut ‎dan terbuai dengan segala kemudahan dan kenikmatan hidup yang kita jalani. ‎Padahal, tidak menutup kemungkinan bahwa di balik kenikmatan itu tersimpan ‎penyesalan berkepanjangan.‎


Rencana Allah pasti yang terbaik. Inilah prinsip yang harus selalu kita ‎pegang teguh. Ketika kegagalan, musibah, atau apa pun yang kita anggap ‎buruk menimpa kita, yakinlah di balik peristiwa itu pasti ada hikmah ‎tersembunyi yang kelak akan kita petik. Ketika kesenangan, kemudahan ‎ataupun hal lainnya yang kita anggap baik menghampiri kita, tetaplah ‎memohon petunjuk kepada Allah, agar kita terhindar dari hal buruk yang ‎mungkin menimpa kita tanpa kita duga sebelumnya.‎



* Ruang Inspirasi, Kamis, 31 Agustus 2023.