*DUA POTRET AL-MASIH YANG BERLAWANAN: DUA JALAN MENUJU AKHIR SEJARAH*


Obsesi mesianik kaum Yahudi atas Tanah Suci Palestina memiliki akar sejarah yang panjang dalam teologi mereka. Untuk memahami obsesi aneh ini, harus dilacak jauh ke belakang, setidaknya sejak peristiwa 'penyaliban' Nabi Isa Al-Masih.


Namun, kebingungan terhadap sosok Al-Masih kemudian, terjadi baik di kalangan Umat Yahudi, Kristen maupun umat Islam. Kebingungan itu sebagiannya disebabkan karena ada dua Al-Masih dengan sosok dan misi yang berlawanan, yaitu dajjal dan Nabi Isa AS.


Kebingungan kaum Yahudi atas dua sosok Al-Masih digambarkan dalam Al-Qur'an sebagai berikut:


"Dan Kami palingkan hati dan penglihatan mereka sebagaimana sebelumnya mereka melakukan penolakan terhadap (pesan) ini. Dan Kami biarkan mereka dalam pembangkangan (terhadap kebenaran yang diturunkan ini), dan kebingungan (hidup tanpa arah dan tujuan).”

(QS. Al-An'am: 110).


Maksudnya, Allah palingkan hati dan penglihatan kaum Yahudi karena penolakan mereka terhadap pesan-pesan sebelumnya, di antaranya saat mereka menolak Al-Masih Putra Perawan Maryam.


Para Nabi telah menyampaikan kepada Bani Israil mengenai janji Tuhan untuk mengutus kepada mereka seorang Nabi yang akan dikenal sebagai Al-Masih, dan yang akan memerintah dunia dari tahta Raja Daud, serta janji akan kembalinya masa keemasan Nabi Sulaiman.

(Tawarikh, 17: 11-15; Yesaya, 9: 6-7; Yeremia, 23: 5; Yesaya, 42: 1-4; 49: 6).


Bangsa Yahudi sangat gembira menerima berita tentang Al-Masih yang dijanjikan. Tetapi mereka kebingungan dengan adanya dua gambaran yang berlawanan dari dia dan misinya.


Pertama, dia adalah Raja Penakluk yang akan mendirikan kembali kerajaan 'Umat Pilihan Allah' (yang saat itu adalah bangsa Yahudi) di Tanah Suci dan akan memerintah dunia dengan kedamaian. Kedua, dia adalah seorang Al-Masih yang rendah hati dan menderita.


Dua ribu tahun lalu, saat Allah Yang Maha Tinggi menepati janjinya dan mengutus Al-Masih, `Isa Putra Maryam kepada Bani Israil, dia mendapati mereka berpegang pada bentuk 'eksternal' dari agama.


Sementara dengan sangat menyedihkan mengabaikan hakikat 'internal'nya. Bahkan bentuk 'eksternal' pun dirusak karena mereka mengubah Taurat dan menulis ulang isinya agar sesuai dengan keinginan mereka.


Saat Isa menegaskan bahwa sesungguhnya dia adalah Al-Masih yang dijanjikan, dan saat dia dengan berani mendakwahkan hakikat 'internal' agama dan mengutuk kerusakan bentuk 'eksternal', sebagian dari Bani Israil menerimanya dan percaya kepadanya, namun sebagian besar dari mereka menolaknya.


Mereka tetap menolaknya sebagai Al-Masih sampai hari ini. Al-Qur'an menyatakan bahwa mereka menyombongkan diri, karena telah membunuhnya:


"Mereka berkata (dengan kesombongan): Kami membunuh Al-Masih, Isa Putra Maryam, Rasul Allah..."

(QS. An-Nisa': 157).


Saat mereka melihat dia 'mati' di tiang salib di depan mata mereka, hal itu disimpulkan oleh mereka bahwa dia adalah Al-Masih palsu. Mereka yakin bahwa dia tidak dapat menjadi Al-Masih, karena Taurat telah menyatakan siapa pun yang mati digantung adalah orang yang 'dikutuk' Allah Yang Maha Tinggi (Ulangan, 21: 23).


Kemudian, dia tidak dapat menjadi Al-Masih, karena dia mati tanpa membebaskan Tanah Suci dari kekuasaan Romawi pagan, dan dia tidak memimpin dunia dari tahta Nabi Daud (yakni Yerusalem).


Dengan begitu, mereka masih terus menunggu kedatangan Al-Masih. Setiap pemeluk Yahudi yang menolak 'Isa sebagai Al-Masih dan sejak itu masih menunggu kedatangan Al-Masih, berarti secara tidak langsung terlibat dalam usaha menyalibkan dia.


Hal ini karena penolakan mereka terhadap klaim Nabi `Isa sebagai Al-Masih berkaitan dengan kematiannya yang mereka percaya telah dialaminya.


Tetapi Allah Yang Maha Tinggi telah menyatakan bahwa bangsa Yahudi terpedaya, sehingga percaya bahwa `Isa telah dibunuh atau disalib:


"... Padahal mereka tidak membunuhnya, dan tidak menyalibnya, tetapi dibuat agar tampak demikian bagi mereka..."

(QS. An-Nisa': 157).


Impian terbesar bangsa Yahudi selama lebih dari 2000 tahun adalah kembali ke Tanah Suci sebagai penguasa wilayah itu sehingga mereka dapat mendirikan kembali Negara Israel yang pernah didirikan oleh Nabi-Raja Daud dan Sulaiman, membangun kembali Kuil yang pernah dibangun Sulaiman di Yerusalem, dan menyembah Tuhannya Ibrahim di Kuil itu.


Saat ini, seluruh Yahudi Bani Israil percaya bahwa impian terbesar mereka tidak dapat dan tidak akan terwujud hingga Nabi spesial yang disebut Al-Masih muncul. Dia akan membawa keselamatan pada akhir zaman saat dia akan menerima tahta sebagai Raja dunia.


Sosok Al-Masih ini berulang kali disebut dalam Al-Kitab. (Enoch. 45: 3; 105: 2; 28: 29; 13: 32-35; 14: 9).


Tentu saja bangsa Yahudi Eropa yang mendirikan Gerakan Zionis hampir tidak mempunyai kedekatan emosi sama sekali pada ramalan yang berhubungan dengan Al-Masih.


Allah Yang Maha Tinggi menakdirkan bahwa Al-Masih Palsu (Al-Masih Ad-Dajjäl) akan memimpin bangsa Yahudi dengan tipu muslihatnya, sehingga mereka akan mempercayai hasil kerjanya sebagai perwujudan impian terbesar mereka, yaitu kembali ke Tanah Suci, mendirikan Negara Israel, penunjukkan seorang raja untuk memimpin mereka (Tunjuklah untuk kami seorang raja sehingga kami dapat bertempur di jalan Allah Al-Qur'an, Al-Baqarah, 2: 246), dan rekonstruksi Kuil.


Kenyataan bahwa mereka sepenuhnya tertipu oleh Negara Israel adalah tanda bahwa kebutaan spiritual mereka masih tetap berlanjut:


"Dan amal perbuatan orang-orang yang tidak beriman (di antaranya kepada Al-Qur'an dan Nabi Terakhir ini) adalah seperti sebuah fatamorgana di padang pasir saat manusia kepanasan dan kehausan salah mengira adanya air hingga saat dia mendatanginya, dia tidak menemukan apa-apa: tetapi dia menemukan Allah (hadir di sana) dengannya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan (amal-amal) dengan sempurna: dan Allah amat cepat perhitungannya."

(QS An-Nür: 39).


Negara Israel sekarang tepat berada di situasi manusia yang kepanasan, kehausan, dan salah mengira bahwa fatamorgana itu adalah air.


"Sesungguhnya Al-Qur'an ini menjelaskan kepada Bani Israil sebagian besar dari (perkara) yang mereka perselisihkan. Dan sungguh, (Al-Qur'an) itu benar-benar menjadi Petunjuk dan Rahmat bagi orang-orang yang beriman," (QS. An-Naml: 76-77).


'Penampilan' yang tampak sekarang adalah bahwa 'impian terbesar' itu hampir seluruhnya terwujud. Bangsa Yahudi Bani Israil telah kembali ke Tanah Suci, atau bisa dengan bebas kembali kapan saja, dari bagian dunia mana pun mereka berasal.


Negara Israel telah dibentuk pada tahun 1948 dan sekarang menjadi kenyataan. Impian yang masih belum terwujud adalah penunjukkan seorang raja dan penghancuran Masjid Al-Aqsha sehingga mereka dapat merekonstruksi Kuilnya:


"Apabila engkau telah masuk ke tanah yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu, dan telah memilikinya dan diam di sana, kemudian engkau berkata: 'Aku mau mengangkat raja atasku, seperti segala bangsa yang di sekelilingku, maka hanyalah raja yang dipilih Tuhan, Allahmu, yang harus kau angkat atasmu (keyakinan bahwa dia akan berasal dari Keluarga Daud)."

(Ulangan, 17: 14-15).


Selain itu, Israel harus menjadi Negara Adikuasa dunia dan Raja Israel harus memimpin dunia dari Yerusalem.


Implikasi yang tak terhindarkan adalah, semua ini tidak dapat dicapai tanpa Al-Masih. Inilah 'penampilannya'. Apa 'realitasnya'?


'Realitas' dari semua ini, jika dipandang dari sudut Islam, adalah bahwa Dajjal, Al-Masih Palsu, telah menipu bangsa Yahudi untuk percaya bahwa rahmat Tuhanlah yang selama ini telah membawa mereka untuk sebentar lagi membuat impian terbesar mereka menjadi nyata.


'Realitasnya' adalah bahwa kebutaan spiritual mereka telah menggiring mereka ke dalam jebakan Tuhan sehingga mereka sekarang sudah tidak bisa melarikan diri lagi.


Mereka mengutuk penindasan dan ketidakadilan di dunia tetapi membenarkan penindasan dan ketidakadilan yang dilakukan oleh mereka sendiri terhadap bangsa lain.


Mereka melakukannya berdasarkan keyakinan bahwa mereka memiliki status spesial dari Tuhan yang tidak dimiliki bangsa lain. Karena mereka percaya bahwa Tanah Suci milik mereka, mereka pun percaya bahwa mereka memiliki hak untuk merebutnya dari penduduk yang tinggal di sana selama ratusan tahun.


'Tujuan akhir' membenarkan segala 'cara'. 'Realitasnya' adalah bahwa mereka telah tersesat dan telah sepenuhnya ditipu oleh Dajjal.


Dajjal Al-Masih Palsu adalah makhluk, yang diciptakan Allah Maha Tinggi, yang menyamar sebagai Al-Masih dan menipu bangsa Yahudi agar percaya bahwa dia adalah Al-Masih Asli.


Dajjal diberkahi oleh Allah Maha Bijaksana dengan kekuatan yang menakjubkan, kepandaian dalam banyak hal, dan dengan kemampuan yang besar dalam kelicikan dan tipu muslihat. Umat Kristen mengenalnya sebagai Anti-Kristus.


Dajjal, makhluk jahat yang diciptakan Allah Maha Tinggi suatu hari akan muncul ke dunia sebagai manusia. Saat dia menjelma menjadi manusia, maka dia adalah seorang Yahudi. Selanjutnya, dia akan berwujud sebagai seorang lelaki muda yang berbadan kuat, berambut keriting.


Nabi Muhammad pernah mencurigai seorang pemuda Yahudi, Ibnu Sayyad yang tinggal di Madinah adalah Dajjal. Bahwasanya beliau curiga, maka hal itu menegaskan bahwa Dajjal telah dilepas ke dunia dan suatu saat akan muncul sebagai seorang manusia, seorang Yahudi, dan seorang lelaki muda.


Al-Masih yang Asli, yaitu Isa Al-Masih, seperti juga Sulaiman, akan memimpin dunia dari Tahta Daud, yakni dari Yerusalem. Agar itu dapat terjadi, maka penting baginya untuk menyelesaikan hal-hal berikut terlebih dahulu: 1) membebaskan Tanah Suci dari kekuasaan orang-orang yang tidak menyembah Tuhannya Ibrahim; 2) membawa 'Umat Terpilih' (yang dahulu pada pengumuman janji Tuhan tersebut adalah bangsa Yahudi) kembali ke Tanah Suci; 3) mendirikan kembali Negara Israel yang dahulu pernah didirikan oleh Daud dan Sulaiman; dan 4) membuat Israel menjadi 'Negara adikuasa' di dunia.


Setelah semuanya selesai dilaksanakan, baru Al-Masih Asli bisa memerintah dunia dari Tahta Daud, yakni dari Yerusalem.


Jika Dajjal Al-Masih Palsu ingin menirukan Al-Masih Asli, maka dia pun harus melakukan semua hal di atas.


Pertanyaan yang muncul kemudian adalah: Jika Dajjal, Al-Masih Palsu, atau Anti-Kristus bertanggung jawab atas penipuan besar-besaran kepada bangsa Yahudi, dan jika dia telah dilepas dan berada di bumi, maka bagaimanakah dia menjalankan misi penyamarannya?


(Disarikan dari buku Imran N. Hosein, _Yerusalem dalam Al-Qur'an_. Sabiq, Depok. 2014: 98-106; 119-125).


الله اعلم


MS 29/11/23